Surabaya- Penampilan Kolaboratif antara Dr. Ahmad Nurcholis dan Rohmat, M.Pd.I dalam membimbing acara diskusi mampu memukau dan menghiasi kemeriahan Sertifikasi Pembimbing Manasik pada hari Ke-3 sesi siang (13.00 WIB s.d 15.00 WIB), hari Rabu 20 April 2022. Pak Ois yang bertugas sebagai Host dan Pak Rohmat yang bertugas sebagai Notulen berhasil menghidupkan suasana dan acara sertifikasi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementeriann Agama Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan UIN Satu Tulungagung. Penyampaian materi Problematika Bimbingan Manasik Haji memperoleh sambutan yang antusias dari para peserta. Pembahasan materi disusun dengan apik dan rapi, diawali dengan presentasi 15 Menit dari masing-masing Perwakilan Kelompok, selanjutnya dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab antar kelompok.
Pertama, Belum Terwujudnya Jamaah Haji yang Mandiri. Jamaah haji kurang aktif dalam mengadiri manasik haji. Meraka mengandalkan bantuan manasik dari pihak KBIHU, sehingga kurang respon dengan arahan Pembimbing Manasik Haji dari pihak Kementerian Agama. Faktanya, masih banyak jamaah yang belum hafal doa, belum memahami rangkaian manasik secara tertib.
Kedua, Metode Bimbingan yang Monoton. Kebanyakan Pembimbing manasik haji menyampaikan materi dengan metode ceramah. Alangkah baiknya bila menerapkan metode demonstrasi, metode think of pairs dan metode quantum teaching. Fokus titik beratnya adalah pada keberhasilan micro guaiding, bukan micro teaching.
Ketiga, Lemahnya Sinergitas antara Pembimbing Haji dengan KBIHU dan TPIHI. Terkesan berjalan secara parsial, bukan terorganisasi dengan baik. Hal ini berdampak pada kebijakan yang sering bertabrakan satu sama lain
(OIS-BUDI-ROHMAT-WAHAB)
Surabaya-Penampilan Narasumber Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag mampu memukau dan menghiasi kemeriahan Sertifikasi Pembimbing Manasik pada hari ke-3, Rabu 20 April 2022, Narasumber berhasil menghidupkan suasana dan acara sertifikasi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementeriann Agama Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan UIN Satu Tulungagung. Penyampaian materi Hikmah dan Filosofi Haji memperoleh sambutan yang antusias dari para peserta. Pembahasan materi disusun dengan apik dan rapi, diselingi dengan diskusi dan tanya jawab antar kelompok. Hadir sebagai narasumber, yakni Ibu Dr. Hj. Lia Istifhama dari MUI Surabaya.
Beliau menegaskan bahwa Makna Filosofis adalah pesan spiritual di balik ibadah lahiriyah; lebih menekankan aspek tasawuf daripada fiqh, lebih fokus pada isi daripada kulit. Afala ta’qilun, afala tandhurun. Mengapa perlu? Sebab (a) Hampir 90 % ibadah kita seremonial bukan fungsional. Wudu, shalat, puasa, zakat dan haji kita hanya diukur keabsahan dan kemabrurannya dengan kacamata fiqih, (b) Hanya, dengan penghayatan makna filosofis, ibadah dapat merubah pola pikir dan pola hidup menuju qalbun saliim. Selanjutnya, Kajian lebih pada perspektif aksiologis, daripada ontologis dan epistemologis.