Minggu, Dec 01, 2024

Bedah Disertasi: Perspektif Fethullah Gullen tentang Hubungan Islam dan Sains

Institut Transvaluasi menyelenggarakan acara Ceramah Ilmiah dan Kebudayaan yang kedua pada Hari Rabu (29/5). Bertempat di Aula Utama IAIN Tulungagung, acara ini membedah disertasi Dr. A. Rizqon Khamami, Lc., M.A. dengan judul “Hubungan Sains dan Islam dalam Perspektif Fethullah Gullen”. Turut hadir dalam acara ini adalah Rektor IAIN Tulungagung, Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, dosen, staf, dan mahasiswa IAIN Tulungagung.

Sesuai judulnya, disertasi ini mengulas pemikiran Fethullah Gullen tentang Hubungan Sains dan Islam. Fethullah Gullen adalah seorang ulama kelahiran Turki pada 11 November 1938. Dia merupakan pendiri Gülen Movement, sebuah gerakan sosial dan keagamaan, yang memiliki lebih dari 2.000 sekolah di lebih dari 100 negara. Gulen adalah salah satu pemikir Islam yang konsen pada diskursus relasi antara Islam dan sains. Diskursus ini sendiri mulai mengemuka khususnya setelah Renaissance di Prancis.

Dalam paparannya, A. Rizqon Khamami terlebih dulu menjelaskan latar belakang pemikiran Gulen. Gulen memandang bahwa sumber permasalahan dalam diskursus relasi Islam dan Sains ada dua, yakni filsafat materialisme dan Teori Evolusi Darwin. Filsafat Materialisme yang memandang bahwa yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah sesuatu yang berbasis materi, dianggap memiliki sisi-sisi yang berseberangan nilai Islam. Jika yang dikatan sebagai "ada" hanyalah yang berbasis materi, maka dimensi metafisika akan mati. Keberadaan Tuhan dan Malaikat akan ternegasikan, dimensi ke-wahyu-an pun juga berada pada posisi krisis. Sementara itu, Teori Evolusi Darwin memiliki anggapan bahwa manusia itu merupakan hasil seleksi alam, bukan ciptaan Tuhan. Hanya spesies yang unggul yang mampu bertahan, sedangkan spesies yang cacat akan punah. Dalam kajian selanjutnya, teori ini benar-benar memisahkan fenomena alam dengan kuasa Tuhan. Sampai pada titik kulminasi yaitu ateisme. Ketidakpercayaan pada Tuhan inilah yang dianggap sebagai sebuah permasalahan yang serius.

Meminjam pemetaan hubungan sains dan agama dari Ian G. Barbour, maka tipologi yang dipilih oleh Gulen dalam relasi Islam dan sains adalah tipologi integrasi. Berdasarkan perspektif tersebut, Gulen mulai "mengkawinkan" antara Islam dan sains dalam rangka Islamisasi sains. Melalui pendidikan, ia berusaha menyebarkan sains dengan tujuan untuk memajukan Islam lewat jalan sains.

Sedikitnya terdapat 5 temuan tentang pemikiran dan pergerakan Gulen dalam disertasi ini, yakni: 1) Melakukan Islamisasi Ilmu; 2) Mendirikan sekolah dan bukan madrasah karena tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan sains, bukan agama; 3) Membangun lembaga pendidikan dengan konsep boarding school; 4) Menciptakan golden generation, yakni pelajar yang mampu menguasai sains dan kemudian mampu menguasai gerak laju dunia; dan 5) Mengajarkan agama dengan jalan tamtsil oleh guru.

Setelah pemaparan disertasi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan pembahasan. Antusiasme peserta nampak dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan kepada pemapar. Sesi ini dibatasi untuk 4 penanya, yang kemudian dilanjutkan dengan tanggapan oleh pemapar dan pembedah sekaligus menjadi penutup acara.[*]